Widget HTML Atas

Buku Landasan Pendidikan Islam


    


Judul Buku : 
Pendidikan islam:  Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab
Penulis : Dr Adian Husaini
Perwajahan Isi  & Penata Letak : Masrukhin
Desain Sampul & Illustrasi :  Abdullah
Diterbitkan oleh :
Program Studi Pendidikan Islam, 
Program Pasca Sarjana Universitas Ibn Khaldun 
Bekerjasama dengan :
Cakrawala Publishing
Cetakan Pertama : Jumadil Tsaniyah 1431 H / Juni 2010 M

  
“There is only one genuine revealed religion, and its name is given as Islam, and the people who follow this religion are praised by God as the best among mankind… Islam,  then, is not merely a verbal noun signifying ‘submission’;  it is also the name of particular religion descriptive of true submission, as well as the definition of religion: 
submission to God.”  (Prof. Dr. Syed Muhammad Naquib al-Attas)
     Sebelum membahas tentang makna dan tujuan  Pendidikan Islam, maka, yang terpenting – disamping memahami apa itu pendidikan – juga memahami apa itu “Islam”. Pemahaman akan konsep Islam yang benar sangat diperlukan, sebelum merumuskan apa itu “Pendidikan Islam”. Sebab, sejumlah cendekiawan pernah mengemukakan gagasan tentang konsep Islam sebagai makna “generik”. Bahwa, Islam harus dipahami dalam makna bahasa, yakni sikap tunduk dan patuh. Siapa pun yang tunduk dan patuh, dapat disebut Muslim, meskipun secara formal dia bukan beragama Islam. Kata, aslama-yuslimu, islaman, memang bermakna “tunduk dan patuh”. 
      Pandangan semacam itu tentu keliru. Sebab, setiap istilah dalam Islam memiliki dua makna, bisa makna bahasa (lughatan) dan makna teknis (istilahan).  Makna bahasa dari zakat adalah “mensucikan”, tetapi “zakat” dalam makna teknis adalah ibadah dengan cara tertentu. Shalat, makna bahasanya adalah doa. Tetapi, shalat dalam makna teknis, adalah ibadah dengan aturan dan cara tertentu. Begitu juga Islam. Makna bahasanya memang tunduk dan patuh. Tetapi, Islam dalam makna teknis adalah nama satu agama yang secara tegas disebutkan dalam al-Quran. 
   
  Ad-Dinul Islam juga menjadi landasan tegaknya sebuah peradaban, yang juga bernama “Peradaban Islam”.  Peradaban ini dibangun di atas satu pandangan bahwa Islam ad-Din yang merupakan satu-satunya agama wahyu. Inilah salah satu unsur dalam Islamic worldview (pandangan alam Islam) yang sangat mendasar. Pandangan alam Islam terbentuk dari serangkaian pemahaman tentang konsep-konsep pokok dalam Islam, seperti konsep Tuhan, konsep kenabian, konsep agama, konsep wahyu, konsep manusia, konsep alam, dan konsep ilmu. Seluruh elemen itu terkait satu dengan lainnya, dan konsep Tuhan menjadi landasan bagi konsep-konsep lainnya.  
      Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam memiliki worldview yang berbeda dengan pandangan hidup agama/ peradaban lainnya. Al-Attas menjelaskan sejumlah karakteristik pandangan hidup Islam, antara lain: [1] berdasarkan kepada wahyu; [2]  tidak semata-mata merupakan pikiran manusia mengenai alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik, dan budaya; [3] tidak bersumber dari spekulasi filosofis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan dan pengalaman inderawi; [4] mencakup pandangan tentang dunia dan akhirat. 
      Jadi, menurut al-Attas, pandangan alam Islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran (the vision of reality and truth), atau pandangan Islam mengenai eksistensi (ru’yat al-Islam lil wujud).  Al-Attas menegaskan, bahwa pandangan hidup Islam bersifat final dan telah dewasa sejak lahir. Islam tidak memerlukan proses ’pertumbuhan’ menuju kedewasaan mengikuti proses perkembangan sejarah. Jadi, karakteristik pandangan hidup Islam adalah sifatnya yang final dan otentik sejak awal. Ini sangat berbeda dengan sifat agama-agama lainnya maupun kebudayaan/peradaban umat manusia yang berkembang mengikuti dinamika sejarah. 
     Karena itu, pandangan seseorang terhadap hukum Islam, akan terkait erat dengan konsep tentang agama (ad-din) yang dia pahami, khususnya ”ad-Dinul Islam” dan perbedaaannya dengan ”Din” selain Islam. Islam adalah nama sebuah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Makna “Islam” itu sendiri digambarkan oleh Nabi Muhammad saw dalam berbagai sabda beliau. Imam al-Nawawi dalam Kitab hadits-nya yang terkenal, al-Arba’in al- Nawawiyah, menyebutkan definisi Islam pada hadits kedua: 
“Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah -- jika engkau berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim). 
     Pada hadits ketiga juga disebutkan, bahwasanya Nabi Muhammad saw bersabda: “Islam ditegakkan di atas lima hal: persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat, penunaian zakat, pelaksanaan haji ke Baitullah, dan shaum Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim). 
Hadits Nabi Muhammad saw yang menjelaskan tentang makna Islam itu, sesungguhnya telah menggambarkan bagaimana konsep ’Islamic worldview’. Konsep syahadat menjelaskan kaitan langsung  antara konsep Tuhan dalam Islam dengan konsep kenabian, dan sekaligus konsep wahyu dan kemudian menurun pada konsep syariat. Dalam konsep Islamic worldview justru konsep kenabian Muhammad saw menduduki posisi yang sentral. Sebab hanya melalui wahyu yang diturunkan kepada utusannya yang terakhir (Muhammad saw), Allah swt menjelaskan segala sesuatu tentang Diri-Nya dan tentang bagaimana tata cara manusia untuk beribadah kepada-Nya (konsep penyerahan diri/the way of submission). 

      Karena itu, keimanan kepada kenabian Muhammad saw adalah satu-satunya pintu masuk bagi manusia untuk dapat mengenal Tuhan dengan benar dan untuk memahami cara beribadah yang benar kepada Tuhan yang benar. Karena itulah, bisa dipahami, mengapa Nabi Muhammad saw sangat gigih mengajak umat manusia untuk beriman kepada Allah swt dan mengakui bahwa dirinya adalah utusan Allah yang terakhir. Nabi Muhammad saw juga sangat keras dalam menolak kemusyrikan dan menolak adanya nabi lagi sesudah beliau.  Beliau dilarang keras berkompromi dalam soal ketuhanan dan ubudiyah (QS al-Kafirun). Sebab, tugas utama semua nabi adalah menyeru kepada manusia agar hanya menyembah Allah semata. (QS An-Nahl:36). 
      Dengan posisi Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah dan uswatun hasanah (teladan yang baik), maka Islam saat ini adalah satu-satunya agama/peradaban yang memiliki teladan (model) yang abadi sepanjang zaman. (QS Al-Ahzab: 21, al-Anbiya: 107, Saba:28).  Seluruh aspek kehidupan kaum Muslimin memiliki panduan konsep dan model yang jelas yang diajarkan dan dicontohkan oleh Muhammad saw. Jika seorang bersyahadat,  maka seyogyanya dia telah menyiapkan akal, jiwa, dan raganya untuk meneladani sunnah Muhammad saw. (QS al-Hasyr: 7). 
     Karena itu, tidak ada Islam jika tidak ada keimanan terhadap kenabian Muhammad saw. Keimanan kepada Nabi Muhammad  saw adalah kunci bagi seluruh keimanan yang lain. Sebab, Allah menurunkan wahyu-Nya, yakni al-Quran, melalui para utusan- Nya. Dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah yang terakhir, 
la nabiyya ba’dahu, tidak ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad saw. Dalam al-Quran dikatakan, tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. (QS 51:56). Adalah Nabi Muhammad saw yang mengenalkan kepada manusia siapa Tuhan yang sebenarnya dan bagaimana cara beribadah kepada-Nya. Melalui Nabi Muhammad saw manusia memahami wahyu Allah tersebut. Nabi Muhammad lah yang menjelaskan bagaimana shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya. 
     Oleh sebab itu, dalam dakwah-Nya ke seluruh penjuru dunia, Nabi Muhammad saw senantiasa mengajak manusia untuk masuk Islam, memeluk agama Islam, dengan mengakuinya sebagai utusan Allah. ”Akuilah, bahwa aku ini adalah utusan Allah,” kata Nabi saw kepada umat manusia. Sebab, memang, dalam pandangan Islam,  tidak mungkin manusia bisa mengenal dan menyembah Allah dengan benar, kecuali dengan mengakui dan mengimani Muhammad saw sebagai utusan Allah swt. 

Tidak ada komentar untuk "Buku Landasan Pendidikan Islam"